Kamis, 23 Agustus 2012

Cerpen "Ingin Katakan padanya" By eL


INGIN KATAKAN PADANYA

          Hari ini 9 Des ’08, Hae Diary ketemu lagi. Aku pengen senyum nih, boleh kan diary aku curhat dengan mu malam nie hihihi . . . Bahagianya diriku ini, tadi di sekolah ketemu dengan Intan Lagi... Indahnya saat tadi aku berjalan di depan lorong tengah, Intan menyapaku. Takut hati ini, debar nian hati ini diary. Yah, mana aku ngira kalu aku bakal ketemu dia sepagi itu. Ya Allah Matur Thanks U.... eh iya diary hari ini dia cantik. Tahu ga hari ini dia pake ikat rambut dengan sedikit rambut indahnya yang menutupi pipi merahnya... Hem aku sangat bahagia... tapi untuk rencana yang aku pernah ceritakan padamu untuk mengatakan padanya tentang aku sayang ma dia, aku urungkan saja. Mana mau dia seorang yang tenar di kelas juga di SMA nie mau dengan aku yang bukan apa2? Hem aku pesimis diary... Tapi ndak apalah yang penting bisa ketemu di kelas aku suka... Hehehehe...
Itu yang ditulis Al di diary buku kecilnya. Untuk sebagian cowok mungkin menulis diary itu adalah hal yang cewek abis. Tapi bagi Al dengan menulis diary itu akan mengingatkannya hal yang telah lalu dan belajar dari masa itu untuk hal yang lebih baik. Al tersenyum sambil membayangkan tadi pagi saat dia bertemu dengan Intan teman satu kelasnya yang dia taksir sejak dia melihat Intan untuk pertama kalinya saat MOS dan Ladiswa tahun 07 lalu. Mana bisa tahu dia satu kelas di kelas XI ini. Bayangnya hanyalah ingin lebih kenal dan dekat dengan Intan. Tapi tak disangka dia malah satu kelas di SMA ini. SMA Negeri 5 Semarang ini, memang menjadi perhatian dari para ortu-ortu yang ingin menyekolahkan anaknya ke sekolah ini. Bagi Al masuk ke sekolah ini adalah suatu kebanggaan, tak dapat dibayangkan jika anak seorang pensiunan pegawai negeri golongan bawah bisa diterima di sini. Sedang Intan, cewek yang dia ada rasa adalah anak seorang pemegang saham terbesar di salah satu perusahaan bidang pangan, katanya. Tapi bukan berarti ndak benar kabar itu, belakangan ini Al tahu bahwa ayahnya juga direktur salah satu mall  yang cukup mewah di kota ini, Semarang. Al sudah menyimpan rasa sukanya sejak dulu, tapi kata teman-temannya Intan sudah dekat dengan seseorang. Bagi Al itu bukan masalah karena inginnya hanya satu,  mengenal dan dekat. Ia juga masih terbayang senyum lugunya pagi itu. Bagi Al, Intan adalah sosok perempuan yang ideal. Tidak suka neko-neko, juga penampilannya rapi yang biasanya pake’ sweather  ungu setiap berangkat ke sekolah. Itulah yang membuat Al jatuh hati padanya. Terlebih jika di kelas, Intan juga sangat baik sangat ramah perhatian pada setiap temannya. Malam itu Al tidak bisa tidur dan masih memikirkan hal yang dia rasa hal itu begitu indah dan tak akan bisa melupakan memori indah itu.
            Pagi itu Al berangkat lebih awal ke sekolah dengan maksud ingin bertemu dengan Intan, pujaan hatinya. Tak sabar hatinya ingin sekali sampai di sekolah. Dia pacu motor kecilnya, kira-kira 15 menit jika kecepatan normal, karena cukup jauh juga 3,5 km dari rumahnya. Namun semua di luar dugaannya, hari ini sekolah masuk jam 08.00 karena kelas XII ada latihan Ujian Nasional.
“ Yah itung-itung pengorbanan, demi Intan aku rela. Tapi napa juga aku berangkat segini pagi. Hemf, tak papalah yang salah juga aku. Napa kemaren pulang duluan, akhirnya berangkat paling awal kan...?” Al tersenyum sambil mengambil helm yang mau dia bawa ke kelas. Pagi itu benar- benar pagi karena hanya Pak Iman yang ada di halaman sekolah sambil menyapu halaman yang penuh dengan daun yang  jatuh berserakan.
            Tak lama berselang teman-teman Al datang, dengan berbagai celoteh yang ini itu entah yang namanya anak juga berbeda-beda. Al hanya bisa tersenyum memperhatikan tingkah temannya yang midar-mider  keliling kelas. Pandangan Al menyoroti setiap sudut kelas. Yang dia cari belum datang, Intan. Entah sudah siang begini Intan belum datang. Al mulai khawatir pada Intan kenapa sang pujaan hatinya belum datang. Apakah dia sakit? Atau dia ada masalah? Al mulai resah dan hatinya mendorong untuk menanyakan pada Riska teman satu bangku Intan.
“ Ris, kamu lihat Intan ga?”
“ Apa Al ga kedengeran tau’. Kamu tanya siapa? Intan??” jawabnya keras sambil menggoda Al.
“ Ssst.....! He perasaan aku tadi tanya pelan Ris, napa kamu jawabnya keras banget?”gerutu Al.
“ Ah jangan gitu, kamu tanya my Plendku  ya? Jujur ajalah! Jangan diam-diam gitu?”
“ Iya sih, kenapa dia belum datang juga. Padahal ni udah hampir masuk kan? Dia ga bilang ma kamu gitu?”
“ Tadi malem aku kan ke rumah dia, trus dia ga bilang apa-apa tuh,”
“ Gitu ya? Moga dia ga sakit ya?”
“ Paling bentar lagi bakalan dateng kok, tunggu in aja!”
Belum sempat Al pergi dari meja Riska, Intan sudah di hadapannya tersenyum kecil.
“ Tuh yang dicari-cari udah dateng Al. Katanya tadi nyari Intan?” kata Riska tiba-tiba.
“Eh iya met pagi Tan? Tumben baru dateng?” sambung Al pelan.
“Pagi juga Al, maaf rada telat ya?” jawab Intan.
“ Riska apaan sih, maaf  kalu ter lambat. Soalnya tadi harus nganter mama ke rumah Om Rahmad katanya ada urusan bisnis gitu.” tambah Intan.
“ Oh gitu ya Tan. Ku kira ndak masuk kamu?” sambung Al malu-malu.
“ Ciyee perhatian nih... Bilangnya nanya ndak masuk, padahal sebenarnya . . .” sambung Riska tiba-tiba.
“Apaan sih Ris!” gerutu Intan terlihat wajahnya memerah.
“Ehm ya udah ya, pergi dulu Tan,” Al berpaling dari mereka, dengan muka yang memerah. Sehari itu Al terus memperhatikan Intan dari meja bangkunya. Tak jemu-jemu Al melirik Intan, ya bukannya ga sopan tapi dia ingin hari itu dilewati dengan hal yang indah.
***
            Malam ini 12 Des ’08 Selama di kelas tadi, aku memusatkan perhatian ku pada Intan. Yach aku memutuskan untuk suka padanya.. tapi sepertinya aku bingung apa yang mau aku lakukan. Aku sieh bingung tadi apa yang mau aku ucapkan padanya saat pulang tapi pas waktu aku sampai d jendela dekat meja guru, dia menyapa kuu...” Al maaf kemarin pulsaku habis jadi ndak bisa bales..” aku jawab dengan deg-degan.. “Iya Tan ndak papa..”.     
Intan Nadiasih adalah teman kelasku yang aku kenal sejak kelas 2 nie. Tapi aku sudah memperhatikannya sejak MOS dulu. Dia baik juga manis, ramah juga, n jarang ada yang seperti dia. Tapi dulu jg dia pernah cerita dia menderita sakit. Aku ingin sekali dapat menghiburnya. Bersama-sama dia sewaktu sakit ataupun senang. Aku ingin sekali dapat menjadi kekasihnya, aku jujur atas perkataanku ni. Cobalah... aku akan berusaha untuk mendapatkannya. Walaupun mungkin semua hal mungkin terjadi, atau dia memilih untuk berteman saja aku siap untuk hal itu., dari pada memendam perasaan ini lebih sakit jika tidak diucapkan segera. Diaryku maaf ya setiap hari curhatnya ma kamu... hehehe ^_^
Malam itu Al menulis diarynya kembali. Al hanya tersenyum dia membayangkan indahnya saat tadi pagi bertemu Intan. Segala perasaannya ia tuangkan pada buku kecilnya. Perasaannya sangat dalam pada Intan, walaupun mungkin Intan tidak menaruh hati padanya. Dia pernah merasa jika Intan tidak ada perasaan padanya. Itu yang membuat Al sedih, sedikit tidak optimis pada usahanya. Dia merasa Intan menganggapnya hanya sebagai teman saja, tidak lebih dari itu.
Gubraakkk...... Prang.....!!!! Suara itu sedemikian kerasnya hingga membuyarkan lamunan Al. Dia mencari-cari dari mana suara itu, dia melihat keluar jendela kamarnya, lalu berjalan ke lantai bawah, mungkin barangkali suara itu berasal dari dapur atau dari ruang tengah. Sesampai di ruang tengah ia mendapati vas kecilnya tergeletak berserakan. Juga ada angin malam yang berhembus kencang menambah misteri malam itu bagi Al. Ada apa gerangan? Mengapa hal ini terjadi, vas yang berserakan juga ada angin malam yang berhembus sedemikian kerasnya melewati jendela depannya juga dirinya sendiri di rumahnya malam itu. Apakah ada hal yang akan terjadi padanya? Apakah ada kesedihan yang rencana akan datang? Al menganggap hal itu adalah suatu hal yang tidak perlu difikirkan. Dia memutuskan kembali ke kamarnya, dan berencana untuk mengirim sms pada Intan. Dia mengambil Hpnya dan mulai mengetik sms
***
## Mlm Tan, Lg Aph Nie? Gnggu gA’?
Intan membalas pesan dari Al
##Mlm Juga Al, Lg baca Buku nie. Ndak ganggU koQ...
##Eh iya Mlm Nie Acra Kemna Tan? ndaK Jln2 gitu?
##Ndak Al Td di pesen mama Bt jaga Rumah ma Kakak, ayaH Dan mama Msh ada perlu di Jogja :p
##Ehm boleh Aku NemniN kM? Tp dari sini Ajh ya? Soalnya Ibuk Ma Bpk juga belum pLg. Jga rumah deh>_<
##He3x Bz aja Km Al maksd e sama spT ak Gitu? Ya Bleh lah, malam Nie ku juga Sepi. Rizka ndK maeN keSinI...
##Tan boleh taNya SswtU ga?
##BoleH Koq Al. Mw Tny pa?
##Ehm Tan ngmG2 kamu Lg dekt Ma sapA krg?
##Dekt Ma sapa Gmn MksdNya Al? Ya Ada mama, ayaH, KaK Andin juga deket Koq.
##yang spesiaL Tan ada Ga’?
##ehM penTg ya Bt kamU? 
##Ya dibilang Ptg ya gMn ya, aku Ndak Th. Kan td aK cM pngN tanyA ajh.
##UnTk karang sih aku nDk Lg ma Sp2.
##BenarKah?
##Iya
##Tp klhtanNya Km lg Dkt ma SeseOrg gitu?
##Ehm, iya.
Deg,deg,deg hati Al mulai resah. Apa yang akan terjadi. Apa benar Intan sudah dekat sama seseorang? “Ah mungkin cuma perasaanku saja. Masih ada kesempatan kan, sebelum janur melengkung,”pikir Al.
##Al kmU Blm TdR khan?
##iyA bLm Koq Tan.
##KmU knp Al, sms Ku naPA lama Km Bls, ada SswtU?
##Ndak apa2 Koq. Tan Skit kM gmN? terAkhir cek Kpan? udaH miNum ObT mLm nie?
##Ehm KmRn Al tanggAl 30 Okt aku ke Jogja cek RutiN. Ni TD juga Udh Mnm ObaT Koq Al.
##jgN smP telat Ya, kShn km nanTi skt.
##iya Mksh Al perhatiAnnya.
##Iya sM2. IntaN...?
##adA Apa Al? Km knP? Ada Yg pgN km kataKan?
##tIdak ada Tan, ya Mksh Ya udH nemenIn Sms-an mLm nie,jGn lupa Cpt2 istirahaT ja.
 ##Iya Al makasih ya. Met Mlm Al?
##Met Mlm jugA Tan mg Mimpi Indah n Cpt sehaT ya?
            Mulai malam itu Al merasa dirinya mendapat sesuatu hal yang mengganjal isi hatinya. Dia ambil positifnya aja. Dia yakin Intan lagi deket sama cowok, tapi tidak ada yang salah dengan usahanya. Dia yakin, bahwa rasa yang dalam pada Intan akan sampai pada Intan. Dia melangkah ke depan jendela kamarnya. Dia memandang langit malam itu dengan penuh rasa harap. Langit malam itu gelap, mendung hitam yang menutupi rembulan yang ingin unjuk diri malam itu. Benar-benar rasa malam itu seolah mengikuti kesedihan Al yang saat itu resah akan perasaannya pada Intan.
***
            Pagi itu di sekolah, Al merencanakan untuk menanyakan pada Riska secara diam-diam tentang Intan. Ia sudah mengirim pesan sebelumnya pada Riska sebelumnya bahwa dia mau menanyakan segala hal tentang siapa yang dekat dengan Intan. Saat istirahat pertama dia menuju ke meja Riska yang saat itu Intan ke kantin untuk jajan. Riska mengatakan bahwa Intan lagi dekat dengan seseorang, tapi juga masih relatif hubungan biasa. Hal itu yang membuat Al serasa mendapatkan angin segar kebebasan. Dia optimis kembali untuk kembali ke rencana awal yaitu mengatakan kepada Intan tentang perasaannya. Hari itu Al isi dengan rasa yang lega. Ia juga sekali-kali melemparkan senyum dan mencuri pandang kepada Intan. Intan hanya tersenyum, walaupun Al dan Intan jarang berbicara tapi Al yakin perasaannya telah sampai pada Intan. Al merasa kebahagiaannya telah sampai pada masa yang paling indah. Setiap hari dia hanya memikirkan Intan, senyum Intan dan segala hal yang berhubungan dengan Intan. Difikirannya hanya ada satu nama I.N.T.A.N.
***
            Beberapa waktu berselang Al menyadari bahwa kedekatannya dengan Intan mulai renggang. Sekarang Intan sering sekali memegang Hp nya. Bukan apa-apa sih, tapi bagi Al dia mulai resah, kenapa sering saat Al mencuri pandang pada Intan, Intan selalu tersenyum, tapi bukan padanya melainkan pada Hp yang dipegangnya. Untuk menjawab kebimbangan itu, Al meminta bantuan pada Seila teman samping kelasnya, siapa pacar Intan. Tak beberapa lama hari berselang, Al tahu dari Seila siapa pacar Intan. Al tahu pacar Intan siapa, karena satu lingkungan dengan tempat tinggal Al. Betapa sedih hati Al merasakan kesedihan yang sangat mendalam ini dia rasakan sendiri. Saat hati yang telah terpaut dan terikat oleh perasaan kepada seseorang dan rasa itu sangat dalam akhirnya berakhir dengan kesedihan yang mendalam. Lama bagi Al untuk menerima semua itu. Sakit hati yang ia rasakan ternyata sebanding dengan sedalam rasa cintanya pada Intan. Al memutuskan untuk memendam rasa itu sendiri serta menunggu rasa sakit hatinya itu hilang dari hatinya.
***
            Malam ini 18 Des ’08, aku duduk sendiri di meja belajarku ini, sedih dan rasa hancur. Diary, kau tahu Intan Nadiasih yang aku cinta selama ini, sudah mempunyai kekasih. Memang hak Intan untuk memilih siapa yang pantas untuknya. Memang Diaryku, seorang Al Inzami tidaklah pantas untuk seorang Intan Nadiasih. Dia begitu sempurna sedang aku, banyak sana-sini yang kurang. Intan, aku ingin mengatakan sesuatu, aku menyayangimu lebih besar dari yang kau tahu. Aku ingin bersamamu, menjagamu, bersama-sama denganmu saat sedih maupun senang, bersama-samamu dalam menghadapi rintangan. Karena kamu aku bahagia, biarlah aku pendam dalam-dalam perasaan ini sendiri. Aku yakin aku akan bisa melupakanmu, melupakan segala  perasaanku padamu, melupakan segala kenangan bersamamu. Puisi ini aku ciptakan untukmu Intan,
“ takut hati ingin mengungkapkan, rasa cinta tulus ini padamu”
“angin malam hebuskan hawa dingin”
“hawa dingin tuk sampaiakan salam”
“dari hati ini”
“yang paling dalam”
“apapun yang akan terjadi nanti”
“mestinya tak kan mudah”
“bertahan tuk sampaikan kata”
“aku sayang Intan......”
            Segala perasaannya pada Intan, sekarang sudah mulai dilupakan oleh Al. Al tidak ingin dirinya terpuruk dengan keadaan ini. Dia ingin kesedihannya hanyalah cobaan yang harus dilalui. Al yakin perasaannya pada Intan tersampaikan dengan berjalannya waktu, karena rasa cinta itu memang ada, dan cinta tidak selamanya harus memiliki.

Harap Dariku_By Dio Ba


Harap Dariku

Begitu lama hatiku merindunya
Ketika waktu mengajarkanku tuk bertahan
tah apa yang ada dalam hati
Seolah jiwa tak ingin berhenti menantinya
Aku mencoba tak melupakan memori indah itu
Aku mencoba menjalani puisi tanpa riwayat hidup
Apakah bisa bila dia tak hadir dalam catatan harianku
Cinta tak bertutur
Mata hati tak berkisah
Pena jiwapun ingin menuliskan apa yang telah dikisahkan
Rasa cintaku terlampau jauh
Rasa rinduku seakan tak terbendung
Apakah dia masih terpasang jelas dalam album kenangan jiwaku?
Apakah ku mampu melalui sang waktu tanpa separuh jiwa?