INGIN KATAKAN PADANYA
Hari
ini 9 Des ’08, Hae Diary ketemu lagi. Aku pengen senyum nih, boleh kan diary
aku curhat dengan mu malam nie hihihi . . . Bahagianya diriku ini, tadi di
sekolah ketemu dengan Intan Lagi... Indahnya saat tadi aku berjalan di depan
lorong tengah, Intan menyapaku. Takut hati ini, debar nian hati ini diary. Yah,
mana aku ngira kalu aku bakal ketemu dia sepagi itu. Ya Allah Matur Thanks
U.... eh iya diary hari ini dia cantik. Tahu ga hari ini dia pake ikat rambut
dengan sedikit rambut indahnya yang menutupi pipi merahnya... Hem aku sangat
bahagia... tapi untuk rencana yang aku pernah ceritakan padamu untuk mengatakan
padanya tentang aku sayang ma dia, aku urungkan saja. Mana mau dia seorang yang
tenar di kelas juga di SMA nie mau dengan aku yang bukan apa2? Hem aku pesimis
diary... Tapi ndak apalah yang penting bisa ketemu di kelas aku suka...
Hehehehe...
Itu yang ditulis Al di diary buku kecilnya. Untuk sebagian
cowok mungkin menulis diary itu adalah hal yang cewek abis. Tapi bagi Al dengan
menulis diary itu akan mengingatkannya hal yang telah lalu dan belajar dari
masa itu untuk hal yang lebih baik. Al tersenyum sambil membayangkan tadi pagi
saat dia bertemu dengan Intan teman satu kelasnya yang dia taksir sejak dia
melihat Intan untuk pertama kalinya saat MOS
dan Ladiswa tahun 07 lalu. Mana bisa tahu dia satu kelas di kelas XI ini. Bayangnya
hanyalah ingin lebih kenal dan dekat dengan Intan. Tapi tak disangka dia malah
satu kelas di SMA ini. SMA Negeri 5 Semarang ini, memang menjadi perhatian dari
para ortu-ortu yang ingin menyekolahkan anaknya ke sekolah ini. Bagi Al masuk
ke sekolah ini adalah suatu kebanggaan, tak dapat dibayangkan jika anak seorang
pensiunan pegawai negeri golongan bawah bisa diterima di sini. Sedang Intan, cewek
yang dia ada rasa adalah anak seorang pemegang saham terbesar di salah satu
perusahaan bidang pangan, katanya. Tapi bukan berarti ndak benar kabar itu,
belakangan ini Al tahu bahwa ayahnya juga direktur salah satu mall yang cukup mewah di kota ini, Semarang. Al
sudah menyimpan rasa sukanya sejak dulu, tapi kata teman-temannya Intan sudah
dekat dengan seseorang. Bagi Al itu bukan masalah karena inginnya hanya
satu, mengenal dan dekat. Ia juga masih
terbayang senyum lugunya pagi itu. Bagi Al, Intan adalah sosok perempuan yang
ideal. Tidak suka neko-neko, juga
penampilannya rapi yang biasanya pake’ sweather ungu setiap berangkat ke sekolah. Itulah
yang membuat Al jatuh hati padanya. Terlebih jika di kelas, Intan juga sangat
baik sangat ramah perhatian pada setiap temannya. Malam itu Al tidak bisa tidur
dan masih memikirkan hal yang dia rasa hal itu begitu indah dan tak akan bisa
melupakan memori indah itu.
Pagi itu
Al berangkat lebih awal ke sekolah dengan maksud ingin bertemu dengan Intan,
pujaan hatinya. Tak sabar hatinya ingin sekali sampai di sekolah. Dia pacu
motor kecilnya, kira-kira 15 menit jika kecepatan normal, karena cukup jauh
juga 3,5 km dari rumahnya. Namun semua di luar dugaannya, hari ini sekolah
masuk jam 08.00 karena kelas XII ada latihan Ujian Nasional.
“ Yah itung-itung pengorbanan, demi Intan aku rela. Tapi
napa juga aku berangkat segini pagi. Hemf, tak papalah yang salah juga aku.
Napa kemaren pulang duluan, akhirnya berangkat paling awal kan...?” Al
tersenyum sambil mengambil helm yang mau dia bawa ke kelas. Pagi itu benar-
benar pagi karena hanya Pak Iman yang ada di halaman sekolah sambil menyapu
halaman yang penuh dengan daun yang
jatuh berserakan.
Tak lama
berselang teman-teman Al datang, dengan berbagai celoteh yang ini itu entah
yang namanya anak juga berbeda-beda. Al hanya bisa tersenyum memperhatikan
tingkah temannya yang midar-mider keliling kelas. Pandangan Al menyoroti setiap
sudut kelas. Yang dia cari belum datang, Intan. Entah sudah siang begini Intan
belum datang. Al mulai khawatir pada Intan kenapa sang pujaan hatinya belum
datang. Apakah dia sakit? Atau dia ada masalah? Al mulai resah dan hatinya
mendorong untuk menanyakan pada Riska teman satu bangku Intan.
“ Ris, kamu lihat Intan ga?”
“ Apa Al ga kedengeran tau’. Kamu tanya siapa? Intan??”
jawabnya keras sambil menggoda Al.
“ Ssst.....! He perasaan aku tadi tanya pelan Ris, napa
kamu jawabnya keras banget?”gerutu Al.
“ Ah jangan gitu, kamu tanya my Plendku ya? Jujur ajalah!
Jangan diam-diam gitu?”
“ Iya sih, kenapa dia belum datang juga. Padahal ni udah
hampir masuk kan? Dia ga bilang ma kamu gitu?”
“ Tadi malem aku kan ke rumah dia, trus dia ga bilang
apa-apa tuh,”
“ Gitu ya? Moga dia ga sakit ya?”
“ Paling bentar lagi bakalan dateng kok, tunggu in aja!”
Belum sempat Al pergi dari meja Riska, Intan sudah di
hadapannya tersenyum kecil.
“ Tuh yang dicari-cari udah dateng Al. Katanya tadi nyari
Intan?” kata Riska tiba-tiba.
“Eh iya met pagi Tan? Tumben baru dateng?” sambung Al
pelan.
“Pagi juga Al, maaf rada telat ya?” jawab Intan.
“ Riska apaan sih, maaf
kalu ter lambat. Soalnya tadi harus nganter mama ke rumah Om Rahmad
katanya ada urusan bisnis gitu.” tambah Intan.
“ Oh gitu ya Tan. Ku kira ndak masuk kamu?” sambung Al
malu-malu.
“ Ciyee perhatian nih... Bilangnya nanya ndak masuk,
padahal sebenarnya . . .” sambung Riska tiba-tiba.
“Apaan sih Ris!” gerutu Intan terlihat wajahnya memerah.
“Ehm ya udah ya, pergi dulu Tan,” Al berpaling dari
mereka, dengan muka yang memerah. Sehari itu Al terus memperhatikan Intan dari
meja bangkunya. Tak jemu-jemu Al melirik Intan, ya bukannya ga sopan tapi dia
ingin hari itu dilewati dengan hal yang indah.
***
Malam ini 12 Des ’08 Selama di kelas
tadi, aku memusatkan perhatian ku pada Intan. Yach aku memutuskan untuk suka
padanya.. tapi sepertinya aku bingung apa yang mau aku lakukan. Aku sieh
bingung tadi apa yang mau aku ucapkan padanya saat pulang tapi pas waktu aku
sampai d jendela dekat meja guru, dia menyapa kuu...” Al maaf kemarin pulsaku
habis jadi ndak bisa bales..” aku jawab dengan deg-degan.. “Iya Tan ndak
papa..”.
Intan Nadiasih adalah
teman kelasku yang aku kenal sejak kelas 2 nie. Tapi aku sudah memperhatikannya
sejak MOS dulu. Dia baik juga manis, ramah juga, n jarang ada yang seperti dia.
Tapi dulu jg dia pernah cerita dia menderita sakit. Aku ingin sekali dapat
menghiburnya. Bersama-sama dia sewaktu sakit ataupun senang. Aku ingin sekali
dapat menjadi kekasihnya, aku jujur atas perkataanku ni. Cobalah... aku akan
berusaha untuk mendapatkannya. Walaupun mungkin semua hal mungkin terjadi, atau
dia memilih untuk berteman saja aku siap untuk hal itu., dari pada memendam
perasaan ini lebih sakit jika tidak diucapkan segera. Diaryku maaf ya setiap
hari curhatnya ma kamu... hehehe ^_^
Malam itu Al menulis diarynya kembali. Al hanya tersenyum
dia membayangkan indahnya saat tadi pagi bertemu Intan. Segala perasaannya ia
tuangkan pada buku kecilnya. Perasaannya sangat dalam pada Intan, walaupun
mungkin Intan tidak menaruh hati padanya. Dia pernah merasa jika Intan tidak
ada perasaan padanya. Itu yang membuat Al sedih, sedikit tidak optimis pada
usahanya. Dia merasa Intan menganggapnya hanya sebagai teman saja, tidak lebih
dari itu.
Gubraakkk...... Prang.....!!!! Suara itu sedemikian
kerasnya hingga membuyarkan lamunan Al. Dia mencari-cari dari mana suara itu,
dia melihat keluar jendela kamarnya, lalu berjalan ke lantai bawah, mungkin
barangkali suara itu berasal dari dapur atau dari ruang tengah. Sesampai di
ruang tengah ia mendapati vas kecilnya tergeletak berserakan. Juga ada angin
malam yang berhembus kencang menambah misteri malam itu bagi Al. Ada apa
gerangan? Mengapa hal ini terjadi, vas yang berserakan juga ada angin malam
yang berhembus sedemikian kerasnya melewati jendela depannya juga dirinya
sendiri di rumahnya malam itu. Apakah ada hal yang akan terjadi padanya? Apakah
ada kesedihan yang rencana akan datang? Al menganggap hal itu adalah suatu hal
yang tidak perlu difikirkan. Dia memutuskan kembali ke kamarnya, dan berencana
untuk mengirim sms pada Intan. Dia mengambil Hpnya dan mulai mengetik sms
***
## Mlm Tan, Lg Aph Nie? Gnggu gA’?
Intan membalas pesan dari Al
##Mlm Juga Al, Lg baca Buku nie. Ndak ganggU koQ...
##Eh iya Mlm Nie Acra Kemna Tan? ndaK Jln2 gitu?
##Ndak Al Td di pesen mama Bt jaga Rumah ma Kakak, ayaH
Dan mama Msh ada perlu di Jogja :p
##Ehm boleh Aku NemniN kM? Tp dari sini Ajh ya? Soalnya
Ibuk Ma Bpk juga belum pLg. Jga rumah deh>_<
##He3x Bz aja Km Al maksd e sama spT ak Gitu? Ya Bleh lah,
malam Nie ku juga Sepi. Rizka ndK maeN keSinI...
##Tan boleh taNya SswtU ga?
##BoleH Koq Al. Mw Tny pa?
##Ehm Tan ngmG2 kamu Lg dekt Ma sapA krg?
##Dekt Ma sapa Gmn MksdNya Al? Ya Ada mama, ayaH, KaK
Andin juga deket Koq.
##yang spesiaL Tan ada Ga’?
##ehM penTg ya Bt kamU?
##Ya dibilang Ptg ya gMn ya, aku Ndak Th. Kan td aK cM pngN
tanyA ajh.
##UnTk karang sih aku nDk Lg ma Sp2.
##BenarKah?
##Iya
##Tp klhtanNya Km lg Dkt ma SeseOrg gitu?
##Ehm, iya.
Deg,deg,deg hati Al mulai resah. Apa yang akan terjadi.
Apa benar Intan sudah dekat sama seseorang? “Ah mungkin cuma perasaanku saja. Masih
ada kesempatan kan, sebelum janur melengkung,”pikir Al.
##Al kmU Blm TdR khan?
##iyA bLm Koq Tan.
##KmU knp Al, sms Ku naPA lama Km Bls, ada SswtU?
##Ndak apa2 Koq. Tan Skit kM gmN? terAkhir cek Kpan? udaH
miNum ObT mLm nie?
##Ehm KmRn Al tanggAl 30 Okt aku ke Jogja cek RutiN. Ni TD
juga Udh Mnm ObaT Koq Al.
##jgN smP telat Ya, kShn km nanTi skt.
##iya Mksh Al perhatiAnnya.
##Iya sM2. IntaN...?
##adA Apa Al? Km knP? Ada Yg pgN km kataKan?
##tIdak ada Tan, ya Mksh Ya udH nemenIn Sms-an mLm nie,jGn
lupa Cpt2 istirahaT ja.
##Iya Al makasih ya. Met Mlm Al?
##Met Mlm jugA Tan mg Mimpi Indah n Cpt sehaT ya?
Mulai
malam itu Al merasa dirinya mendapat sesuatu hal yang mengganjal isi hatinya.
Dia ambil positifnya aja. Dia yakin Intan lagi deket sama cowok, tapi tidak ada
yang salah dengan usahanya. Dia yakin, bahwa rasa yang dalam pada Intan akan
sampai pada Intan. Dia melangkah ke depan jendela kamarnya. Dia memandang
langit malam itu dengan penuh rasa harap. Langit malam itu gelap, mendung hitam
yang menutupi rembulan yang ingin unjuk diri malam itu. Benar-benar rasa malam
itu seolah mengikuti kesedihan Al yang saat itu resah akan perasaannya pada
Intan.
***
Pagi itu
di sekolah, Al merencanakan untuk menanyakan pada Riska secara diam-diam tentang
Intan. Ia sudah mengirim pesan sebelumnya pada Riska sebelumnya bahwa dia mau
menanyakan segala hal tentang siapa yang dekat dengan Intan. Saat istirahat
pertama dia menuju ke meja Riska yang saat itu Intan ke kantin untuk jajan.
Riska mengatakan bahwa Intan lagi dekat dengan seseorang, tapi juga masih
relatif hubungan biasa. Hal itu yang membuat Al serasa mendapatkan angin segar
kebebasan. Dia optimis kembali untuk kembali ke rencana awal yaitu mengatakan
kepada Intan tentang perasaannya. Hari itu Al isi dengan rasa yang lega. Ia
juga sekali-kali melemparkan senyum dan mencuri pandang kepada Intan. Intan
hanya tersenyum, walaupun Al dan Intan jarang berbicara tapi Al yakin
perasaannya telah sampai pada Intan. Al merasa kebahagiaannya telah sampai pada
masa yang paling indah. Setiap hari dia hanya memikirkan Intan, senyum Intan
dan segala hal yang berhubungan dengan Intan. Difikirannya hanya ada satu nama
I.N.T.A.N.
***
Beberapa
waktu berselang Al menyadari bahwa kedekatannya dengan Intan mulai renggang.
Sekarang Intan sering sekali memegang Hp nya. Bukan apa-apa sih, tapi bagi Al
dia mulai resah, kenapa sering saat Al mencuri pandang pada Intan, Intan selalu
tersenyum, tapi bukan padanya melainkan pada Hp yang dipegangnya. Untuk
menjawab kebimbangan itu, Al meminta bantuan pada Seila teman samping kelasnya,
siapa pacar Intan. Tak beberapa lama hari berselang, Al tahu dari Seila siapa
pacar Intan. Al tahu pacar Intan siapa, karena satu lingkungan dengan tempat
tinggal Al. Betapa sedih hati Al merasakan kesedihan yang sangat mendalam ini
dia rasakan sendiri. Saat hati yang telah terpaut dan terikat oleh perasaan
kepada seseorang dan rasa itu sangat dalam akhirnya berakhir dengan kesedihan
yang mendalam. Lama bagi Al untuk menerima semua itu. Sakit hati yang ia
rasakan ternyata sebanding dengan sedalam rasa cintanya pada Intan. Al
memutuskan untuk memendam rasa itu sendiri serta menunggu rasa sakit hatinya
itu hilang dari hatinya.
***
Malam ini 18 Des ’08, aku duduk
sendiri di meja belajarku ini, sedih dan rasa hancur. Diary, kau tahu Intan
Nadiasih yang aku cinta selama ini, sudah mempunyai kekasih. Memang hak Intan
untuk memilih siapa yang pantas untuknya. Memang Diaryku, seorang Al Inzami
tidaklah pantas untuk seorang Intan Nadiasih. Dia begitu sempurna sedang aku,
banyak sana-sini yang kurang. Intan, aku ingin mengatakan sesuatu, aku
menyayangimu lebih besar dari yang kau tahu. Aku ingin bersamamu, menjagamu,
bersama-sama denganmu saat sedih maupun senang, bersama-samamu dalam menghadapi
rintangan. Karena kamu aku bahagia, biarlah aku pendam dalam-dalam perasaan ini
sendiri. Aku yakin aku akan bisa melupakanmu, melupakan segala perasaanku padamu, melupakan segala kenangan
bersamamu. Puisi ini aku ciptakan untukmu Intan,
“ takut hati ingin mengungkapkan, rasa cinta tulus ini padamu”
“angin malam hebuskan hawa dingin”
“hawa dingin tuk sampaiakan salam”
“dari hati ini”
“yang paling dalam”
“apapun yang akan terjadi nanti”
“mestinya tak kan mudah”
“bertahan tuk sampaikan kata”
“aku sayang Intan......”
Segala perasaannya
pada Intan, sekarang sudah mulai dilupakan oleh Al. Al tidak ingin dirinya
terpuruk dengan keadaan ini. Dia ingin kesedihannya hanyalah cobaan yang harus
dilalui. Al yakin perasaannya pada Intan tersampaikan dengan berjalannya waktu,
karena rasa cinta itu memang ada, dan cinta tidak selamanya harus memiliki.